Selasa, 16 Desember 2014

Impian



Impian
Ary Al Ghaida’

Kamu sudah memberikannya nyawa
Kamu menghidupkannya dalam hari-harimu
Ketika membuka matamu saat mengawali hari
Kamu menyapanya seperti kamu menyapa matahari

Ketika beraktivitas , , ,
Kamu biarkan dia menyusup ke dalam hatimu mengintip perasaanmu
Dan membiarkannya berteriak bahwa ia menunggumu
Kamu meletakkannya dalam tahta tertinggi dipikiranmu 
mengalirkan lewat darahmu
Membiarkan semua partikel dalam tubuhmu merasakan sensasinya

Kamu biarkan tanganmu meraba sebentar seperti apa wujudnya
Merasakan setiap detail keindahannya
Kamu biarkan hasratmu semakin berkembang pesat
Tumbuh , , , tumbuh menjulang tinggi , , ,
Menyentuh langit, mendekati matahari , , ,

Impianmu seperti pohon menjulang tinggi
Puncaknya menembus awan tapi akarnya menancap tanah
Kamu membiarkan impianmu itu tertanam jauh dalam hatimu
Ragamu ada dibumi tapi kamu biarkan jiwamu melesat bersamanya jauh

Kau ikuti kemana pun ia bermain
Terbang , , , terbang melayang tinggi , , ,
Seperti layang-layang yang diulur dan menari diatas sana
Kau biarkan dirimu meliuk dilihat semua mata
Sampaikan bahwa kau ada
Ya, sampaikan bahwa KAU ADA . . . . . . ^_^

Kita hadir untuk berkreasi, jangan lakukan hal yang sia-sia
Terus berkarya

Sabtu, 06 Desember 2014

Kuliah Vs Kesuksesan



“Kuliah Vs kesuksesan”
Ary Al Ghaida’

Seorang Pemenang Adalah Seorang Yang Berhasil Menyelesaikan Setengah Pekerjaannya Ketika Orang Lain Terlelap (The Winner) . . . . .

Kampus adalah salah satu institusi pembelajaran, dimana para kuliah adalah salah satu kegiatannya. Pembelajaran yang utama adalah pembentukan karakter tersebut, dengan bertanggung jawab ketika memilih jurusan dan menaggung segala konsekuensinya, belajar manajemen diri saat harus menyeimbangkan waktu kuliah dengan kehidupan social lainnya, mesti mengatur keuangan sendiri, merencanakan mata kuliah yang diambil, dan masih banyak lagi hal lainnya yang menguras pikiran, perasaan dan energy.

Semua itu adalah soft skill yang membentuk dan membuat kecerdasan emosi seseorang meningkat pada masa kuliah. Kuliah merupakan pengalaman yang mewah, kuliah berperan sebagai identitas diri dimana ilmu tumbuh dan berkembang dalam pikiran. Ilmu akan menjadi mulia dengan atau tampa title sekalipun. Ketika ilmu itu dijiwai oleh siempunya dalam menjalajahi hidupnya dan mampu meleburkan diri dalam masyarakat. Ilmu mempunyai tanggungjawab untuk dibagai kepada mereka yang belum banyak mengecap madu.

Truss, apa hubungannya antara kuliah dan kesuksesan…??

Bingung, harus jawab apa ketika mendapatkan pertanyaan seperti itu. Sebenarnya, aku sendiri tidak tahu secara pasti korelasi yang pastinya seperti apa. Tapi, yang aku tahu kuliah atau sekolah adalah jembatan untuk menjemput kesuksesan yang berujung pada kesejahteraan. Bukan hanya untuk dirinya sendiri, tapi juga keluarga dan lingkungan sekitarnya. Setidaknyya kita tidak harus capek-capek berenang dilautan yang luas untuk menjemput kesuksesan disebrang sana, sedangkan ada jembatan yang bisa kita gunakan untuk menyebrangi lautan tersebut.

Dan yang aku tahu, dengan belajar tiada henti merupakan salah satu kunci sukses meraih cita-cita gemilang dimasa depan. Ini bukan sinetron yang instan tapi realita yang butuh perjuangan, keteguhan, ketekunan dan kegigihan serta bagaimana mencapai kesuksesan itu sendiri.

Kesuksesan adalah sebuah pilihan, apakah kita akan sukses atau gagal ?

Sepenuhnya berada di kita sediri. Jika kita yakin bisa melewatinya, kau akan dapati mimpimu. Maka jangan sekali-kali berhenti berlari, berlarilah dan terus berlari untuk menggapainya. Jika kau mampu berlari kenapa mesti berjalan, jika kau mampu berjalan kenapa harus merangkak, jika kau masih sanggup meranggak kenapa harus berdiam diri…???

Ingatlah kawan, tidak ada takdir yang datang dengan sendirinya tampa ada usaha kecuali kematian. Maka tetaplah semangat dengan impianmu. Kamu adalah apa yang kamu pikirkan. Jalan menuju kesuksesan tidak harus berwujud materi, namun dapat berupa hal yang lebih berharga yaitu persaudaraan. Saling menguatkan, membuka wawasan untuk mengubah tantangan menjadi peluang. Ingat kawan tetap menjadi dirimu sendiri sebab ketika kau merindukan dan menginginkan untuk menjadi orang lain, ditempat lain orang lain merindukan dan menginginkan untuk menjadi seperti dirimu. So, Trust Yourself. . . ^_^ 

 "Tinta Seorang pelajar lebih Suci Nilainya Daripada Seorang Martir"



  

Selasa, 11 November 2014

Menjejakkan Kaki Di Gunung Sumbing



 Menjejakkan Kaki di Gunung Sumbing
Ary Al Ghaida

G.Sumbing Pos 3 "Pestan" 2.437 mdpl
"Alam bisa memberikan kehidupan kepada setiap manusia, tetapi tidak semua manusia bisa memberikan kehidupan kepada alam. Alam bisa memberikan perlindungan kepada semua manusia, tapi tidak semua manusia bisa melindungi alam".
Berawal dari sebuah tugas dan tanggung jawab yang harus dipenuhi, ku jejakkan kaki ku seminggu 2 kali di Gunung Sumbing. Seminggu sebelum acara pendakian dimulai, kami sudah melakukan Survey lapangan untuk mengetahui track dan medan yang akan kami lalui nantinya. Hanya ada 4 orang yang melakukan survey ke gunung sumbing, yaitu orong, jenging, pedet, dan aku sendiri. Menjadi waita sendiri dan melakukan pendakian bersama 3 orang laki-laki, membuat ku khawatir akan menjadi beban buat mereka dalam survey itu, apalagi kondisi fisik ku yang kurang fit belum lagi ditambah cuaca yang kurang mendukung. 
Jum’at 07 Februari 2014, hari yang kami tungu-tunggu untuk kembali menjejakkan kaki digunung sumbing telah tiba, pukul 11.00 kami melakukan upacara pelepasan untuk melakukan kegiatan pemenuhan syarat divisi Mountaineering digunung sumbing.  Jalur yang kami pakai yaitu jalur pendakian yang berlokasi di Dusun Garung, Desa Butuh, Kecamatan Kalikajar-Wonosobo. Kegiatan pendakian ini dilaksanakan selama 3 hari yaitu 7, 8, dan 9 Februari 2014. 17 orang bergabung dalam pendakian tersebut dimana 4 orang sebagai peserta, 6 orang sebagai panitia dan 1 orang sebagai partisipasi serta 6 orang teman ku dari UIN.
Kegiatan pendakian kali ini ketua oleh disivi mountaineering sendiri yaitu pedet. Diantara 17 orang yang bergabung dalam pendakian kali ini hanya ada 3 orang yang tahu jalan/track sehingga 3 orang tersebut dipilih sebagai pembuka jalan atau pemimpin dalam pendakian yaitu pedet, aku dan satu orang pendamping senior. Organisasi yang berbasis ekowisata membuat kami tidak hanya melakukan pendakiantetapi juga melakukan kegiatan ekowisata dengan membuat suatu papan peringatan bagi para pendaki yang biasanya tidak bertanggungjawab atas sampah yang mereka bawa. Papan peringatan dibuat sesederhana mungkin sehingga mudah dibawa, papan peringatan bertuliskan “Keep your Environment-Kapala Ampta YK” yang nantinya akan pasang dibeberapa pos pendakian.
Pukul 11.30, perjalanan kami mulai dari kampus dengan menggunakan sepeda motor. Sepeda motor dipilih karena dinilai lebih ekonomis serta sangat flexsibel jika terjadi keterlambatan pulang saat kegiatan, karena daerah Gunug Sumbing sangat minim angkutan umum pada saat malam hari. 9 motor pun melaju berangsur –angsur meninggalkan kampus. Pukul 12.00 mengingat hari ini hari jum’at, ada beberapa teman muslim kami yang harus melaksanakan sholat jum’at, perjalanan pun dihentikan sejenak. Sambil menunggu sholat jum’at selesai kami mengisi bahan bakar kendaraan kami masing-masing sambil mengisi perut juga tentunya yang sudah mulai keroncongan karena sudah waktunya makan siang. Sholat jum’at pun selesai perjalanan dilanjutkan kembali.
Dalam perjalanan sempat kami bingung karena ada beberapa teman menyarankan pemilihan jalur cepat yaitu jalur borobuddur, ternyata mereka sendiri tidak terlalu hafal denngan jalan tersebut, yang mengakibatkan kami tersesat dijalan dan kami pun terbagi dalam 2 kelompok. Kelompok bersama ku hanya 2 motor, sisanya menjadi satu dikelompok berikutnya. hujan yang begitu deras tidak memungkin kami untuk saling menunggu dijalan, akhirnya kelompokku memutuskan untuk menuju lokasi terlebih dahulu. Sekitar  pukul 17.00 semua peserta tiba di base Camp Sumbing, kami beristirahat sejenak dan makan sebelum akhirnya melakukan pendakian.
Pendakian Hari Pertama
Pada pukul 19.30 perjalanan pendakian yang sesungguhnya baru akan dimulai. Jalur pendakian yang kami lalui nantinya adalah  jalur baru. Di Sumbing ada 2 jalur, yaitu Jalur Baru dan Jalur Lama yang nantinya bertemu di Pos Pestan. Tujuan pertama kami adalah Pos 1, yang kira-kira berjarak 3 km dari Basecamp dari total 7 km hingga Puncak Sumbing. Cukup Panjang. Sebelum melakukan pendakian, seperti biasa rutinitas briefing terkait tata tertib serta peraturan pendakian pun dilakukan, bukan hanya untuk peserta tapi juga untuk semuanya. Setelah selesai briefing, kami pun berdoa bersama dengan saling berpegangan tangan. Baru berjalan sekitar 15 menit kejadian yang aku takutkan terjadi, papan peringatan yang kami buat ketinggalan dibasecamp. Yang akhirnya beberapa peserta harus turun kembali ke basecamp untuk mengambil papan peringatan tersebut. Sambil menunggu mereka kembali ke atas, canda tawa pun mewarnai istirahat pertama kami. Setelah mereka kembali, kamipun kembali melakukan perjalakan.
Kami melewati pemukiman penduduk, ladang yang berisi sayuran kubis, sawi, dan tanaman-tanaman yang hidup di daerah dingin hingga kilometer 2. Rute ini berupa jalanan batu yang rapi, karena merupakan jalan petani juga. kami terbagi lagi menjadi 2 kelompok, dimana aku dan ketua divisi berada dikelompok pertama. Pembuka jalan dipimpin oleh ketua divisi sendiri dan aku menjadi sweeper dibelakang. Dengan bermodalkan alat penerangan senter, kami berjalan melewati kebun sayur para penduduk. Aku sebagai sweeper harus memastikan kelompok kedua yang dibelakang tidak terlalu jauh dengan kami, senter pun ku jadikan alat komunikasi dengan kelompok 2.
Keasykan mengobrol, aku lupa dengan kelompok kedua yang menjadi tanggung jawab ku juga, aku kehilangan mereka. Tidak ada lagi cahaya senter dari mereka, sampai pada akhirnya aku meminta kelompok pertama untuk berhenti sejenak. Teman ku turun menyusul mereka, karena dibawah kaki gunung ada pertigaan  dan kami khawatir mereka salah jalan/tersesat. Tapi sudah 2 kali dia turun naik, tidak juga menemukan mereka. Ketua divisi kami memutuskan untuk terus berjalan, karena dikelompok ke2 ada 1 orang yang tahu jalan. Tapi aku tetap meminta untuk menunggu beberapa menit lagi, aku mengkhawatirkan salah seorang teman ku dikelompok 2 yang mempunyai penyakit asma, takut-takut asmanya kambuh. Sedangkan oxygen/p3k dipegang kelompok pertama. 15 menit kami menunggu, akhirnya mereka muncul dan benar dugaan kami ternyata mereka tersesat dipertigaan tadi dan yang lebih parahnya lagi asma teman ku benar-benar kambuh. Setelah kejadian tadi aku memutuskan untuk bergabung dalam kelompok 2. Jarak antar kelompok cukup jauh, kami kelompok 2 sangat tertinggal jauh dibelakang karena kami harus mengikuti fisik paling lemah ketika melakukan pendakian. Walau lambat asal selamat.
pada pukul 22.15 kami pun tiba di Pos 1, kami memutuskan untuk istirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan. Dalam perjalanan peserta diberikan arahan serta pengetahuan tentang manajemen penghematan air, yang mana gunung sumbing merupakan gunung yang sangat sulit untuk mencari sumber air.  Sumber air di gunung sumbing hanya terdapat pada pos 1, setelah itu tidak ada lagi sumber air kecuali air hujan. Pukul 01.30 peserta tiba dipos 2 yang bernama pos gatakan, melihat kondisi peserta yang tidak memungkinkan dilanjutkannya pendakian dan dan cuaca yang kurang mendukung, maka kami memutuskan untuk mendirikan tenda dan istirahat serta makan untuk dapat melanjutkan pendakian  pada esok hari. 
G.Sumbing Pos 2 "Gatakan" 2.240 mdpl

Pendakian Hari Kedua
Alhamdulillah, kami bisa tidur nyenyak dengan sleeping bag masing-masing, Cuma pas bangun paginya aja saling memalaskan diri karena efek suara rintik hujan yang menerpa tenda kami. Hari kedua kami mulai dengan segelas kopi hangat, dan roti ala kadarnya, karena kami bangun kesiangan tidak ada waktu lagi untuk masak makanan. Kemudian kami langsung melanjutkan pendakian dengan energi penuh.
Pukul 07.00 kami melanjutkan pendakian, perjalanan di pagi hari ini terasa lebih ringan mungkin karena beban dipundak kami sebagian besar kami tinggalkan di pos 2 didalam tenda kami. Karena tim survey seminggu yang lalu sudak membuktikan, membawa beban terlalu banyak ke atas akan memperlambat perjalanan. Pukul 10.30 kami tiba di pos 3 pestan (2437 MDPL), istirahat sejenak sambil menikmati pemandangan gunung sindoro yang tertutup oleh kabut dan hanya puncaknya saja yang terlihat. 15 menit cukup untuk kami istirahat dan berfoto bersama mengabadikan moment tersebut. Setelah puas berfoto-foto, perjalanan pun kami lanjutkan kembali.
Pukul 12.00 kami tiba di pos 4 watu kotak (2765 MDPL), pos 4 adalah pos terakhir di sumbing. Ada perasaan khawatir untuk menlanjutkan pendakian karena gerimis mulai turun, karena seminggu yang lalu tim survey tidak berhasil melakukan pendakian sampai kepuncak dikarena terkena badai yang mengakibatkan jarak pandang terbatas dan badan kami tidak membawa beban apaun sehingga apabila terkena badai ada kemungkinan badan kami terhempas apalagi tidak ada pepohonan yang cukup tinggi untuk berpegangan, hanya dibalik batu saja kita bisa berlindung dari badai. Ternyata, keinginan untuk mencapai puncak lebih besar dari pada rasa kekhawatiran kami, akhirnya melanjutkan perjalanan menuju puncak menjadi keputusan kami.
Pukul 17.00 kami tiba di tanah putih, hujan semakin deras. Ponjo yang kami gunakan tidak lagi sanggung melindungi baju yang kami pakai agar tidak basah. Akhirnya, pukul 17.00 kami pun tiba dipuncak “Buntu” (3371 MDPL). Ada rasa kebanggan tersendiri dalam diri siapapun yang berhasil membawa orang lain keatas puncak gunung. begitupun dengan aku. Tidak banyak yang bisa kami lakukan dipuncak itu selain mengabadikan moment tersebut. Karena hujan yang malah semakin lebat ditambah angin kencang dan kabut yang menutupi pemandangan kami memutuskan untuk langsung turun kembali kepos 2.
Diluar dugaan dan rencana, kami turun sudah sangat gelap dan ternyata dari sekian banyak orang dalam rombongan kami hanya ada 4 orang yang membawa senter. Menunggu esok pagi untuk turun lebih tidak memungkin karena kondisi hujan dan tenda kami dipos 2 semuanya, tapi turun dengan 4 senter membawa 16 orang apakah bisa?. Semua sibuk dalam pikiran masing-masing, entah apa yang mereka pikirkan dan apa yang mereka baca dalam hati, yang aku tau diantara kami semua yang paling berat adalah ketua divisi kami, senior pendamping kami, dan aku sendiri. Karena kami lah yang bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada mereka, walaupun sebenarnya resiko seorang pendaki tidak ditanggung oleh siapa pun, melain kan oleh dirinya sendirinya. Sempat kami salah jalan, karena banyaknya cabang membuat siapapun yang turun pasti bingung akan mengambil jalur yang mana. Jangankan malam hari seperti kami ini, siang hari saja bisa-bisa tersesat. Berjalanan digelepanan dengan batuan penerangan seadanya dan cahaya petir sedikit membantu penerangan dalam perjalanan kami.
Kami berhenti dibalik batu besar untuk menghindari kenjangnya angin badai, hujan belum juga reda malah sebaliknya semakin deras saja ditambah dengan petir dan Guntur yang suaranya cukup nyaring untuk kami dengar. Berada di ketinggian lebih dari 3000 MDPL  membuat kami merasa dekat sekali dengan petir dan guntur. Dibawah derasnya hujan, kami istirahat cukup lama, karena diantara kami ada beberapa orang yang hampir terkena hypothermi,salah satunya adalah teman ku dari UIN sehingga membuat susu hangat menjadi alternative kami untuk menghangatkan perut dan mengisi perut dengan sedikit makanan cemilan. Karena selama perjalanan muncak dari pos 2, kami belum mengisi perut kami dengan nasi. Selain saling berpegangan tangan, walaupun sebenarnya tangan kami sama-sama dingin tapi itu cukup membantu untuk sedikit menghangatkan badan terutama tangan.
Pendakian Hari Ketiga
Pukul 02.00 dini hari kami baru sampai dipos 2, semua langsung masuk tenda untuk ganti pakaiaan karena baju yang kami pakai basah semua. Tampa pikir panjang, kami langsung tidur di dalam tenda masing-masing. Semua tertidur dengan nyenyak kecuali aku, karena penyakit ku kambuh disebabkan perut kosong dari pagi belum diisi sampai pagi lagi sehingga penyakit magh ku kambuh dan itu menyebabkan migrant ku pun ikutan kumat. Mual-mual pun aku rasakan sehingga aku tak bisa tidur sampai pagi. Ceritanya, mengobati darah rendahku dengan minum obat penambah darah malah membuat perut ku mual dan mengakibatkan aku seperti orng masuk angin.
Pukul 06.00 pagi hari, kami sudah bersiap-siap untuk turun, sebelum turun kami sarapan terlebih dahulu dan membersihkan tempat bekas tenda kami. Seperti biasa, kami melakukan rutinitas pendakian kami yaitu mengambil sampah yang berserakan disepanjang jalan menuju Basecamp. Belum sampai pos 1, hujan sudah turun kembali yang mengakibatkan Jalanan menjadi licin. Apalagi ketika di daerah berkebunan warga, jalanannya berbatu yang terkena air membuat siapa saja yang lewat di sana harus berhati-hati. Lewat dari pos 1, jalanan tanah sempit yang dialiri air dan hanya cukup untuk 1 orang. Tak ada pohon atau dahan yang bisa dijadikan pegangan ketika turun, karena kanan dan kiri adalah kebun sayur warga yang berbentuk jurang ke bawah. Sehingga kalaw kita berjalan tidak hati-hati, bisa-bisa terpeleset dan jatuh kejurang kebun sayur warga. Sebelum masuk ke jalan berbatu, kami disambut oleh air terjun yang cukup tinggi, tapi sayangnya jaraknya jauh dari jalan utama. Jadi, kami tidak bisa menikmati air terjerjun tersebut. Pukul 13.30, akhirnya sampai juga dibasecamp. Nasi goreng basecamp sumbing langsung mengisi perut kami yang kelaparan. Walaupun saat dipuncak kami tidak mendapatkan pemandangan yang diimpikan, tapi kami bersyukur bisa turun kembali dan pulang dengan selamat
Begitulah perjalanan pendakian kali ini, terimakasih sumbing kau telah ajarkan kepada kami untuk lebih sedikit menghargai kehidupan. Semoga kita dapat bertemu kembali di lain waktu tentunya dengan cuacanya yang lebih mendukung.
"Seorang pendaki sejatinya tidak sedang menaklukan pucuk-pucuk tertinggi yang menusuk ke langit, melainkan ia sedang menaklukan pucuk-pucuk tertinggi dirinya sendiri sebagai manusia".
 It is not the mountain we conquer but ourselves. - Edmund Hillary

Kamis, 06 November 2014

Dua Lantera Hidup Ku

Dua Lantera Hidup Ku
Ary Al Ghaida

Kalian adalah matahari yang menyinari malamku 
Kalian adalah embun dalam hausku ditengah gurun musafir 
Kalian adalah kilauan mahkota yang menaungiku
Kalian adalah semangat hidupku
Dan kalianlah cinta sejatiku
Aku Mencintai kalian seperti gurun mencintai hujan dan
Seperti kekasih mencintai kekasihnya
Dalam jiwa ku melayang jiwa kalian
Dalam indahnya sorot mata kalian membayang kasih sayang yang tulus kepada ku
Atas nama "Allah Azza Wa Jalla"
Aku sangat mencintai dan merindukan kalian
kalian adalah dua cahaya dalam kehidupan ku
I MISS U ALL ,,, :*

My Parent

"Untuk Pribadi Yang Menawan Yang Telah Mengajarkan Bagaimana Memberi Nyawa Bagi Sebuah Impian Yang Penuh Semangat Dan Impian yang Bernyawa"