Memenuhi Panggilan 3153
Ary Al’Ghaida
10 juni 2015,
awal perjalanan kami menuju ketinggian 3153 Mdpl. Setelah semua perlengkapan
dan kebutuhan sudah terpacking rapi di carrer kami, tepat pukul 13.30 kami
mulai melakukan perjalanan. Kami sampai di alun-alun temanggung, rehat sejenak
untuk sekedar melepas lelah dan belanja sayur untuk bikin sop di atas sana
(kebiasaan yang sering kami lakukan ketika naik gunung, hehe…). Pukul 15.30
akhirnya kami sampai di basecamp pendakian Gunung Sindoro.
Jumlah kami 6
orang, terdiri dari 4 laki-laki dan 2 perempuan. Ada gaplek (yang katanya calon
kadiv. Mountaineering, hehe sekaligus mewakili 20 orang angkatannya untuk
pendakian sindoro), cempe (yang katanya calon kadiv.ekowisata, hehe serta perwakilan
dari angkatan XIV), bangbut (Anggota Luar Biasa Kapala Ampta), bang papin (mama
kami dalam pendakian, hehe), pa’e (seseorang yang sedang merindukan sindoro,
terakhir naik sindoro 16 tahun yang lalu), serta aku (seorang wanita yang ingin
mengibarkan sang biru di puncak sindoro).
Sesampai di
basecamp, kami persiapkan semua kebutuhan kami, packing ulang pun dilakukan. Simaksi
kami lakukan, perorangnya dikenakan biaya Rp.10.000,- (sudah termasuk
assuransi) serta biaya parkir permotornya Rp.5000,-. Selain mendapatkan tiket
masuk, para pendaki juga mendapatkan selembaran kertas yang berisi peta dan tata
tertib pendakian sindoro. Mengingat sindoro diatas sana tidak ada sumber air,
maka para pendaki harus membawa air dari bawah. Maka kami pun membeli air minum
serta kebutuhan lainnya, mencari makan pun kami lakukan. Tepat didepan basecamp
pendakian ada sebuah warung, disitu menyediakan makanan. Nasi goreng menjadi
menu pilihan kami, porsi yang lumayan banyak membuat kami kekenyangan.
Tepat setelah
adzan isya berkumandang, 19.00 kami mulai melakukan pendakian. Enaknya di sindoro
ada jasa ojek sampai pada pos ojek, yaitu setengah perjalanan dari pos 1 ke pos
2. Sehingga para pendaki bisa menyimpan tenaganya untuk jalur yang lebih
ngetrek. Permotornya kena biaya Rp.15.000,-, kami memutuskan untuk naik ojek,
selain menghemat tenaga juga bisa menghemat waktu, spot jantung jelas kami
rasakan. Haha . . . bagaimana tidak melewati jalan berbatu-batu yang kanan dan
kirinya ladang warga serta beberapa tikungan tajam dan licin, 1 motor tak
sanggung naik, sehingga mengharusnya penumpangnya jalan kaki ke pos ojek atas,
haha,, “sudah bayar tetap aja jalan” begitu komentarnya setelah sampai dipos
ojek. extreme sih, tapi keren… hehe
Pukul 20.30
kami sampai di pos 2 (hanya info, sampai pos 2 masih ada sinyal loh, hehe). Berhubung
kami tadi naik ojek, jadi kurang tau dari basecamp kepos 1 nya berapa jam, dan
dari pos 1 ke pos 2 nya berapa jam, tapi menurut keterangan peta yang kami bawa
dari basecamp ke pos 1 sekitar 1,5 jam, dan dari pos 1 ke pos 2 sekitar 1 jam.
Setelah dirasa badan kami mulai dingin
kembali, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan. Perjalanan dari pos 2 ke
pos 3 mulai sedikit menanjak, tepat pukul 00.00 lewat sedikit kami akhirnya
sampai di pos 3 tempat ngecamp kami. Sebenarnya tidak memakan waktu lama untuk
sampai dipos 3 dari pos 2 sekitar 2 jam saja, namun karena kami melakukan
perjalanan santai maka kami agak sedikit lama untuk sampai di pos 3.
11 juni 2015, Dome
pun telah berdiri, bau sop segera menghampiri hidung kami membuat perut semakin
lapar. Pukul 02.30 dini hari kami makan (klaw ini namannya makan sahur, haha). Setelah
perut kenyang, semua perlengkapan kami rapikan dan kami masukkan ke dome. Sebenarnya
waktunya kami tidur, tapi beberapa dari kami tidak bisa tidur karena harus
bergadang. Dipos 3 terkenal akan babi hutannya yang nekat-nekat, haha. .
mungkin karena rantai makanan mereka sudah putus akhirnya mereka menyerang para
pendaki yang ngecamp dipos 3 tersebut (bukan orangnya, tapi makannya),
mengambil apapun yang bisa dimakan (namanya juga survive, masa mau disalahkan,
haha) termasuk obat-obatan para pendaki dimakan semua (mungkin babinya sakit,
hehe). Terbukti salah satu dome pendaki yang asalnya entah dari mana aku lupa,
domenya diserang babi hutan, babi hutannya sudah terlatih loh, terbukti ketika
menyerang sibabi hutan langsung merobek dome dan menarik carrer yang langsung
dibawa ke semak-semak, nyalinya juga besar, dari sekian banyak dome yang ada
dipinggir (maksudnya dekat semak-semak) eehh, sibabi malah menyerang dome yang
ada ditengah-tengah, haha,, seram sih, tapi jadi daya tarik tersendiri bagi
gunung sindoro, dimana lagi bisa liat babi hutan berkeliaran dengan enaknya. Para
babi ini hanya bekerja ketika malam tiba, kalaw siang hari jangankan suara
langkahnya, baunya aja gak keciuman, hehe (mungkin dia bintang pentas, bekerja
bila malam tiba, haha)
Sang surya
mulai menampakkan dirinya. Pemandangan yang sangat indah, hangatnya mentari
mulai dirasakan disertai penampakan gunung-gunung lainnya seperti sumbing,
merapi, merbabu, dll. Para pendaki pun mulai packing untuk melanjutkan
perjalanan menuju puncak. Tepat pukul 07.00. kami melanjutkan perjalan menuju
pos 4 atau sering disebut batu tatah. Rute ini terdiri dari batu-batu besar
yang cukup membuat kami kelelahan, bagaimana tidak lelah lutut ketemu perut
bahkan sesekali ketemu dada, haha. Apalagi dengan beban yang kami bawa, karena
sindoro terkenal akan pencurinya, maka jangan sesekali meninggalkan
barang-barang anda tampa ada yang menjaganya. Tapi, jika tak sanggup membawa
carrer sampai kepuncak, cukup masukkan barang-barang anda kedalam rerumputan
dan tutupin sampai tak terlihat lagi (tapi dikasih tanda, biar gak lupa saat
mau mengambilnya).
Belum sampai
pos 4, tinggal beberapa langkah lagi. Aku mulai merasakan sesuatu yang sudah
tidak aneh terjadi kembali pada diriku. Penglihatanku tiba-tiba jadi gelap,
jalanan yang tadinya jelas ku lihat kini menjadi tak terarah. Karena sudah tak
sanggup melihat jalan, maka aku putuskan untuk duduk sejenak. Kawan-kawanku
sudah menunggu dipos 4, sebenarnya tinggal 1 tanjakan lagi aku sampai di pos 4.
Tapi mataku bukanlah bolham lampu yang bisa diterangkan dan bisa diredupkan,
redup tetaplah redup hingga akhirnya bangbut menyusulku ke bawah dan membawakan
carrerku, tak sampai 5 menit aku sudah duduk bersama yang lainnya di atas
rerumputan hijau yang lumayan empuk untuk jadi tempat rebahan kami.
Setelah dirasa
nafas kami mulai teratur, kami melanjutkan perjalanan. Dari pos 4 ke puncak,
para pendaki akan melewati padang edelweis yang sebelumnya akan melewati hutan
lantoro terlebih dahulu. Dimana yang
katanya padang edelweis ini merupakan kawasan padang terluas disemua gunung. Tapi
sayang kemarin edelweisnya blum mekar, jadi tak bisa menikmati pemandangan
indahnya padang edelweis. Dari pos 4 ke padang edelweis bisa memakan waktu 1,5
jam jika jalannya standar, setelah sampai di padang edelweis saatnya menuju
puncak. Sebenarnya tidak sampai 1 jam sudah bisa sampai puncak, namun karena
harus bergelut dengan penyakit maka aku berjalan begitu lambat. Sehingga kami
telat sampai puncaknya, entah berapa kali aku berhenti untuk menormalkan
pandangan mataku namun itu tak menyurutkan semangatku untuk berhenti melangkah.
Tepat pukul 13.30 aku sampai dipuncak, sedangkan yang lainnya sudah menungguku
dari 1 jam yang lalu, hehe (maaf y lama).
Ketika sampai
dipuncak, bau belerang sangat sangat
mengganggu pernafasan kami (itu sebabnya pendaki hanya boleh muncak dari jam
07.00 s/d 12.00). Tapi berhubung keinginan untuk muncak kami sangat besar, maka
kami tetap muncak walaupun lewat dari jam 12.00 (jangan ditiru y..). Kami tak
ingin berlama dipuncak, upacara pun kami lakukan dengan menyanyikan lagu Syukur
dan Indonesia Raya serta bebrapa sepatah kata dari tetua kami, kami pun berfoto
bersama dengan menmbentangkan sang biru (bendera Kapala Ampta). Satu yang
membuat kami iri semua sama tetua kami (pa’e), beliau berfoto sama persis
dengan 16 tahun silam beliau muncak ke sindoro dari gaya hingga lokasinya,
hanya bajunya saja yang beda (tapi beliau bawa loh bajunya itu, hanya ketinggalan
dipos 4 ketika kami meninggalkan barang-barang kami).
Cukup sudah bermain
dipuncak, saatnya turun. Karena tetua kami besoknya masuk kerja maka malam itu
juga kami turun ke basecamp. Sebenarnya masih mau ngecamp semalam lagi, tapi
mengingat kebutuhan air terbatas, maka kami pun turun juga. Entah apa yang ada
didalam pikiran kami semua, tapi malam itu bener-bener kami rasakan
perjalanannya begitu lama. Beberapa pendaki yang juga turun silih berganti
melewati kami, aura perjalanan yang sangat mencekam begitu kami rasakan tapi
kami tetap berjalan dan terus berjalan. Akhirnya kami sampai dipos ojek, tepat
ketika kami baru sampai ada 3 pak ojek datang. Karena sudah dirasa kaki ini tak
sanggup berjalan lagi, kami pun langsung mengojek untuk kebasecamp. Bermalam semalam
dibasecamp pun kami putuskan, karena gak yakin sanggup bawa motor pulang
kejogya. (Hehe. .)
12 juni 2015, sekitar
jam 6 pa’e pulang ke kesemarang untuk masuk kerja, semangat yang tinggi tidak
semua orang sanggup melakukannya baru turun langsung masuk kerja lembur pula. (Keren,
keren. .) setelah semuanya bangun kami bersih-bersih badan dan mengisi perut
kami. Segala logistic yang tersisa kami masak sebagian dan sebagiannya lagi
kami kasih ke pendaki yang mau naik. Cerita demi cerita kami lakukan, ngobrol
sana sini ke para pendaki lain pun kami lakukan. Sampai pada akhirnya kami
semua tau ternyata malam itu, ketika kami turun masing-masing dari kami sudah
melihat hal-hal yang tidak wajar entah berhalusinasi karena lelah atau memang benar
adanya.
Disepanjang perjalanan
pos 2 ke pos ojek, ada yang melihat gerbang, ada yang melihat rumah, ada yang
melihat patung, dll. Kami pikir hanya kami yang begitu, tapi ternyata pendaki
yang malam itu turun juga sama saja dengan kami, bahkan ada yang sampai
diganggu. Ternyata malam kemarin adalah malam jum’at loh,, haha dan katanya
daerah sepanjang pos ojek ke pos 2 sering disebut pos syetan atau apalah, yang
jelas daerah yang sering dibikin bingung sama penghuninya. Hehe . . .
Jajan sana,
jajan sini kami lakukan, habis makan makan lagi begitu terus yang kami lakukan
dibasecamp hingga orang basecamp dan pak-pak ojek hafal kami. Hehe (katanya pa’e
bersosialisai). Ada satu jajanan khas sana yaitu nasi megono (kalaw gak bener, Hehe)
seperti nasi uduk tapi dicampu sayur-sayuran, cukup cepat membuat perut kenyang
(harus mencoba kalaw ke sana). Setelah adzan ashar berkumandang, kami pun
pulang kejogyakarta. Tapi sebelum pulang kami bersih-bersih basecamp dulu,
entah kenapa pada saat kami bersih-bersih basecamp tak ada pendaki yang datang
untuk masuk. Seperti paham bahwa lagi ada pembersihan, haha
Sampai Jumpa
Sindoro, Sampai Jumpa Kledung, Sampai Jumpa Temanggung, S’lamat Datang Jogya Istimewa..
(begitu sms cempe ke aku, karena tak bisa update status,, haha)…
“Seorang
pendaki sejatinya tidak sedang menaklukan pucuk-pucuk tertinggi yang menusuk ke
langit, melainkan ia sedang menaklukan pucuk-pucuk tertinggi dirinya sendiri
sebagai manusia”... ^_^
0 komentar:
Posting Komentar