Selasa, 20 Januari 2015

Risalah Hati



Risalah Hati
Ary Al Ghaida’

Ingin kutikam nafsu yang mencuri akal sehat dan menelantarkanku pada rimba tak bernama, yang telah menyeretku kelubang tampa jiwa.

Ya robbi,,,
Ku pahami ujian dari-Mu tak akan ada putusnya. Aku bersyukur, tak pernah kau uji aku dengan yang kata orang memberatkan. Tapi ujian hati ini sungguh berat bagiku. Aku tak tau apakah aku kuat dideranya? Mampukah aku bertahan atas semua ini?

Salahkah dengan rasa ini Duhai Robbi?
S’moga hanya kau dan aku saja yang tahu, ini rahasia hatiku. Rahasia hati atas perasahaanku kepada sang pemilik suara indah. Aku tak berani menyebut ini cinta, aku pun tak memberi nama atas perasaan apa yang menderaku. Debaran jantungku sudah berada sejak pertama kali kudengar dia melantunkan ayat-ayat suci Al-quran.  

Duhai Rabbi, alamat apa ini untuk diriku?
Terbayang betapa sulitnya hari-hariku nanti. Selalu terputar rekaman bagaimana dia melantunkan ayat suci Al-quran dan bagaimana dia mengumandankan adzan, disetiap kali aku bertemu sosoknya. Harus aku apakan perasaan ini, duhai Rabbi? Harus aku kemanakan perasaan ini duhai Rabbi.

Rabbi,,,
Bukankah aku takpernah meminta kepadamu akan perasaan ini? Tapi kau sendiri yang tanamkan rasa ini dihatiku. Dan malang, aku tak bisa menghalaunya. Maka tolonglah aku, selamatkan aku dari bencana hati ini. Tetapkanlah cinta ku pada-Mu diatas segala jenis cinta, jangan sampai perasaan ini membuatku mendosa.

Akankah melodi itu bisa kudengar selamanya?
Atau hanya akan menjadi kenangan begitu aku kembali masuk dalam jerat aktivitasku di kampusku?

Salahkah dengan rasa ini, duhai Rabbi?
Biarlah Engkau tahu duhai Rabbi. Bahwa tatapan indah itu telah menjadi tatapan pengharap buatku. Telah nyata hatiku menginginkannya. Walau terkadang rasio kuat menolaknya. Tapi aku berharap dia menjadi bagian terindah dalam hidupku.

Kini, dendang itu lain kurasa. Tak seperti hari-hari yang lalu. Yang indah, memberikan ketenangan, memberi kesejukan, menggetarkan sanubari, mendatangkan energy cinta. Sungguh tak lagi ku rasa, indahnya berganti pekat kelam. Kesejukan berganti nafas menyesakkan. Dan energy cinta itu, kini memberangus seluruh kekuatan jasadku. Bening suara itu bak jarum menusuk-nusuk gendang telinga. Aku lemah, selemah-lemahnya duhai Rabbi. Maafkan hamba-Mu kini, hingga melodi surgawi itu bgaiku tak ubahnya kidung kematian. Sudahi semua ini jangan teruskan. Jika ini melemahkanku, ijinkanlah ini menjadi tatapan terindah terakhir darinya. Aku tak mau menjadi semakin lemah.

Cinta apa yang sedang Engkau tawarkan duhai Rabbi? Yang berakhir pada duka? Atau bernama dikedalaman jiwa? Bahkan dihadapan-Mu, tak mau ku katakana semua ini oleh sebab dirinya. Kau yang lebih tahu, tapi ampunilah jika aku berdusta pada-Mu. 

Ya Rabbi,,,
Tak pernah ku tawarkan duka untuknya. Walaupun berabad aku berlari dalam mimpi kian terkapar diperangkap waktu. Meski sang beda tajam menatanya. Tak surut tanganku terentang menyambutnya. Tak ada pilihan selain membincangkan kehadirannya disetiap detik yang ku punya, dan aku tak ragu mengatakan bersama dengannya walaupun sebatas embun angin kunamai Ia anugerah. 

Sampai dia ada disetiap hembusan nafasku, dia ada disetiap detak jantungku, namanya selalu ada disetiap kata yang ingin aku ucapkan, bayangannya ada disetiap pandangan mataku, wajahnya terukir jelas dilubuk hatiku, dan ku temukan namanya ada setiap do’a ku.

Hingga sekumpulan angin yang berbisik diantara kepak sepasang merpati juga nyanyian mistis serta tetes hujan saat pertunangan bunga dan kupu-kupu. Jika pernah kau mendengarnya, maka begitulah aku padanya. Jika waktu ada digenggaman, Cuma lagu rindu kunyanyikan buatnya. Ingin rasanya kuhapus kabut yang luluh diwajahnya, sampai tak tersisa kembang bermekaran sampai berpulang siburung pengembara. Sehingga api yang terus menari dimataku menguapkan rindu hingga pucuk keheningan. Aku berharap s’moga kerinduan tak terus berlabuh pada kesenyapan. 

Tapi kini, secangkir teh yang ku tunggu tak juga dia hidangkan.  Hingga aku menyadari kesalahan terbesarku adalah mencintainya, tetapi tak berpikir tentangnya. Perlahan gerimis menghapus jejaknya sampai tak tersisa, dan dipersinggahan yang kami lewati tak tersisa apa-apa selain cinta yang terus mengelana. Sampai harapan membatu dan cinta entah kemana berlabuh.

Dan diantara rembulan yang tersembunyi dalam gelap dan gemerisik angin yang datang dari kejauhan aku tak tahu kemana akan kubisikkan cinta? Jalan panjang yang penuh sia-sia dan dia entah dimana. Dan saat cinta bicara sendiri, saat sakit tak juga usai, saat usaha hanya berisi kehampaan, saat it juga aku berusaha menemukan jalan pulang. Dengan topan yang menyembunyikan langit, dengan angin pusar membawa salju. Sekarang aku mengaum bagai hewan  buas, sebentar kemudian bagai anak kecil aku merengut kelu. Kini aku tersadar, bahwa setinggi-tinggi dan semulia-mulia cinta adalah cinta sang Rabbi. 

Duhai rabbi,,,
Pancarkanlah cahaya cinta kasih-Mu kepadaku. Hingga mendung tak berkesudahan diwajahku akan sirna. Dan kirimkanlah energy positif-Mu kepadaku. Hingga jiwa besar menuntut jasad untuk senantiasa bersemangat menghamba kepada-Mu. Hingga aku benar-benar menjadi wanita yang kuat. Hingga Tak akan dia temukan aku terkapar oleh sebab kekalahan serupa api bagiku yang membakar belokan ditiap jalanku.

Selamat tinggal laut yang menyimpan amarah, selamat tinggal bumi yang melahirkan duka. Tak perlalu kau cari surga sebab ia tersembunyi dalam hatimu, dan jika tak kau temukan cinta biarkan cinta yang menemukanmu. Sejarah tak mencatat pecundang, walaupun bumi melahirkannya. Bahkan harta dan kebangsaan, tak membuat laki-laki menjadi pangeran, karena cinta sejati seorang putrilah yang mengubahkan. Mungkin kau adalah bunga namun aku bukan kupu-kupu. Bismillah, bersama-Nya tak ada jalan buntu…
Aminnnn… 

0 komentar:

Posting Komentar

"Untuk Pribadi Yang Menawan Yang Telah Mengajarkan Bagaimana Memberi Nyawa Bagi Sebuah Impian Yang Penuh Semangat Dan Impian yang Bernyawa"